Untaian Kata Jalaluddin Rumi
Saat kau datang ke dunia ini, suatu tangga telah ditempatkan di depanmu,
dan tangga itu akan mengantarmu kepada-Nya. Dari bumi ini, kau pun naik
menjadi tumbuhan. Dari tumbuhan kau pun naik menjadi hewan. Setelah itu
kau pun naik menjadi manusia – mahluk yang mewarisi pengetahuan melalui
akal dan iman. Lihatlah, tubuhmu merupakan turunan dari debu, tetapi
bagaimana bisa tubuhmu menjadi begitu sempurna? Lalu, mengapa kau takut
dengan kematian? Ketika kau berhasil melampaui bentuk manusia ini, maka
tak diragukan lagi kau akan menjadi malaikat dan membumbung melampaui
lapisan-lapisan langit tertinggi. Tetapi, janganlah berhenti di sana,
bahkan badan surgawimu itu akan tetap tumbuh menjadi tua, lampaui lagi
surga itu dan melompatlah ke dalam “Samudera Kesadaran Yang Maha Luas”.
Biarkan dirimu – yang bagaikan setetes air itu – menjelma menjadi
seratus samudera. Tetapi, jangan berpikir bahwa hanya setetes air itulah
yang telah menjelma menjadi samudera, sebab samudera juga telah
menjelma menjadi setetes air.
Manusia ibarat suatu pesanggrahan. Setiap pagi selalu saja ada tamu baru
yang datang: kegembiraan, kesedihan, ataupun keburukan; lalu kesadaran
sesaat datang sebagai suatu pengunjung yang tak diduga. Sambut dan hibur
mereka semua, sekalipun mereka semua hanya membawa dukacita. Sambut dan
hibur mereka semua, sekalipun mereka semua dengan kasar menyapu dan
mengosongkan isi rumahmu. Perlakukan setiap tamu dengan hormat, sebab
mereka semua mungkin adalah para utusan Tuhan yang akan mengisi rumahmu
dengan beberapa kesenangan baru. Jika kau bertemu dengan pikiran yang
gelap, atau kedengkian, atau beberapa prasangka yang memalukan, maka
tertawalah bersama mereka dan undanglah mereka masuk ke dalam rumahmu.
Berterimakasihlah untuk setiap tamu yang datang ke rumahmu, sebab mereka
telah dikirim oleh-Nya sebagai pemandumu.
Ketika pikiran dilampaui, maka keindahan cinta pun datang menghampiri,
berjalan dengan anggun, serta membawa secangkir anggur di tangannya.
Ketika cinta dilampaui, maka Yang Maha Esa pun datang menghampiri – Ia
adalah Zat yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata dan hanya bisa
disebut sebagai “Itu”.
Ingatlah bahwa Nabi Muhammad pernah berkata: “Satu penglihatan
tentang-Nya adalah suatu berkah yang tak terhingga.” Setiap daun dari
suatu pohon membawa suatu firman dari dunia yang tak terlihat. Lihatlah,
tiap-tiap daun yang jatuh ke tanah sebagai suatu berkah dari-Nya.
Segala sesuatu di alam ini senantiasa menari dalam harmoni, bernyanyi
tanpa lidah, dan mendengar tanpa telinga, ya, semua itu adalah berkah
yang tak terhingga dari-Nya.
Kekasih, beri aku kesempatan untuk selalu mengetahui bagaimana cara
menyambut-Mu, dan sulutkanlah obor di tangan-Mu agar membakar habis
rumah ke-ego-an di dalam diriku.
Di mana saja kau berada, apa pun keadaanmu, cobalah selalu menjadi
seorang pecinta yang senantiasa dimabuk oleh kasih-Nya. Sekali kau
dikuasai oleh kasih-Nya, maka kau akan hidup menjadi seorang pecinta
yang hidup bagaikan dalam pusara. Dan kau akan tetap hidup hingga hari
kebangkitan itu tiba, lantas kau pun akan dibawa ke dalam surga dan
hidup kekal selamanya. Namun, jika kau belum menjadi seorang pecinta,
maka pada hari pembalasan seluruh pahalamu tidak akan dihitung.
Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah
orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan
sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada
“Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang
gelisah.
Hakikat Yang Maha Pengasih hadir secara langsung laksana sinar matahari
yang menerangi bumi. Namun, kasih-Nya tidaklah berasal dari berbagai
bentuk yang ada di bumi. Kasih-Nya melampaui setiap bentuk yang ada di
bumi, sebab bumi ini dan segala isinya tercipta sebagai perwujudan dari
kasih-Nya.
Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu aku
belajar menulis puisi. Kau senantiasa menari di dalam hatiku, meski tak
seorang pun melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu.
Dan “ Penglihatan Agung” inilah yang menjadi inti dari seniku.
Sekian lama aku berteriak memanggil nama-Mu sambil terus-menerus
mengetuk pintu rumah-Mu. Ketika pintu itu terbuka, aku pun terhenyak dan
mulai menyadari sesungguhnya selama ini aku telah mengetuk pintu dari
dalam rumahku sendiri.
Ketika aku mati sebagai manusia, maka para malaikat akan datang dan
mengajakku terbang ke langit tertinggi. Dan ketika aku mati sebagai
malaikat, maka siapa yang akan mendatangiku? Kau tak akan pernah dapat
membayangkannya!
Hari ini, seperti hari lainnya, kita terjaga dengan perasaan hampa dan
ketakutan. Namun, janganlah tergesa melarikan diri dari kenyataan pahit
ini dengan pergi berdoa atau membaca kitab suci. Lepaskan semua tindakan
mekanis yang berasal ketaksadaran diri. Biarkan keindahan Sang Kekasih
menjelma dalam setiap tindakan kita. Ada beratus jalan untuk berlutut
dan bersujud kepada-Nya.
“Mintalah sesuatu kepada-Ku,” begitu Kau berkata suatu ketika. Aku
tertawa dan berkata: “Aku telah cukup bersama-Mu. Tanpa kehadiran-Mu,
seluruh dunia ini hanyalah sebatang kayu yang mengapung dan
terombang-ambing di samudera-Mu.”
Aku kehilangan duniaku, ketenaranku, dan pikiranku. Ketika matahari
terbit, maka semua bayang-bayang lenyap. Aku berlari mendahului
bayang-bayang tubuhku yang lenyap saat aku berlari. Namun, cahaya
matahari itu berlari mendahuluiku dan memburuku, hingga aku pun terjatuh
dan bersujud pasrah ditelan samudera kilau-Nya yang mempesona.
Badan ini hanyalah suatu cermin surga. Energinya membuat para malaikat
cemburu. Kemurniannya membuat malaikat Seraphim terkejut. Dan Iblis yang
berdiam di urat-urat syarafmu pun menggigil takut.
Kau lebih mahal dibanding surga dan bumi. Apa yang bisa kukatakan lagi?
Kau tak mengetahui bahwa selama ini segala yang berharga telah menjadi
milikmu. Janganlah menjual dirimu dengan harga murah, sesungguhnya
dirimu sangatlah mahal di mata Tuhan.
Aku telah melihat wajah mulia Sang Raja. Dia adalah mata dan matahari
surga. Dia adalah teman seperjalanan dan penyembuh semua mahluk. Dia
adalah jiwa dan alam semesta yang melahirkan jiwa-jiwa. Dia
menganugerahkan kebijaksanaan pada kebijaksanaan, kemurnian pada
kemurnian. Dia adalah tikar sembahyang bagi jiwa orang-orang suci.
Setiap atom di tubuhku berlompatan sambil menangis dan berkata:
“Terpujilah Tuhan.”
Related Topics