Dari Abu Hurairoh
r.a., Rosululloh saw. bersabda, “Sekiranya aku memiliki emas sebesar
gunung Uhud, aku tidak akan senang emas itu tersisa sedikitpun di sisiku
selama tiga hari. Kecuali yang aku sisihkan untuk membayar utang.” (HR
Bukhori-Misykat)
“Dari Abu Hurairoh
r.a., Rosululloh saw. bersabda, “Apabila waktu Shubuh tiba, dua Malaikat
turun (dari langit). Malaikat yang pertama berkata, ‘Ya ALLOH, berilah
balasan kepada orang yang menginfakkan hartanya.’ Malaikat yang kedua
berkata, ‘Ya ALLOH, binasakanlah harta orang yang menggenggamnya
(bakhil).’ (Muttafaq alaih-Misykat)
Dari Abu Umamah r.a.,
Rosululloh saw. bersabda, “Wahai Anak Adam, infakkanlah apa yang
melebihi keperluanmu, itu lebih baik bagimu. Jika kamu menggenggamnya,
maka hal itu adalah buruk bagimu. Menyimpan sekadar keperluan tidaklah
tercela. Pada waktu member infaq, dahulukanlah orang yang menjadi
tanggung jawabmu.’ (HR Muslim-Misykat)
“Dari Uqbah bin harits r.a., “Saya pernah sholat Ashar di belakang Rosululloh saw. di Madinah. Tak lama kemudian Rosululloh saw. berdiri dengan tergesa-gesa menerobos orang-orang lalu memasuki salah satu rumah istrinya. Perbuatan Rosululloh itu sangat mengherankan kami dan kami berfikir apa yang sedang terjadi. Setelah kembali, Rosululloh dapat merasakan keheranan kami, lalu bersabda, “Aku teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku, aku tidak suka hal itu menghalangiku. Oleh karena itu aku pergi untuk menyuruh menyedekahkannya dengan segera.” (HR Bukhori-Misykat)
Dari Abu Hurairoh
r.a., seseorang bertanya kepada Rosululloh saw., “Ya Rosululloh, sedekah
jenis apakah yang paling besar pahalanya?” Rosululloh saw. menjawab,
“Kamu bersedekah dalam keadaan sehat, masih menginginkan harta, ada
ketakutan menjadi miskin, berangan-angan kaya raya. Dan janganlah
menunda-nunda hingga ajalmu hampir tiba, maka barulah kamu mengatakan,
‘Harta ini untuk si fulan (masjid), harta yang ini untuk si fulan
(madrasah). Padahal sesungguhnya harta itu sudah menjadi milik si fulan
(ahli warits)” (HR Muttafaq ‘alaih-Misykat)
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seseorang
sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan,
‘Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun
sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu
tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru
saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata, air itu
mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah
kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang
tersebut bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah
namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang
bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik
bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu
berkata, “Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah
Si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu
(sehingga mencapai derajat seperti itu)?” Pemilik kebun itu berkata,
“Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan
bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan
di jalan Allah swt., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk
keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya
pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (HR. Muslim).
Bersodaqoh
pahalanya sepuluh, memberi hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan
belas, menghubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan
silaturrahmi (dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat. (HR. Al Hakim)
Tiap
muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya, “ Bagaimana kalau dia
tidak memiliki sesuatu?” Nabi Saw menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan
tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersodaqoh.” Mereka
bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” Nabi menjawab: “
Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya” Mereka bertanya:
“Bagaimana kalau dia tidak melakukannya? ” Nabi menjawab: “Menyuruh
berbuat ma’ruf.” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak
melakukannya?” Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan
itulah sodaqoh.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Sodaqoh paling afdhol ialah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi. (HR. Ath-Thabrani dan Abu Dawud)
Barangsiapa
diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat
dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan
punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua rahangnya
seraya berkata, “Aku hartamu, aku pusaka simpananmu.” Kemudian nabi Saw
membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180 : “Dan janganlah
orang-orang yang bakhil denga
n
harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di
lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang
ada) di langit dan di bumi.” (HR. Bukhari)
“Jauhilah
neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak
menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim.) - See more at:
http://www.ddhongkong.org/hadits-hadits-tentang-keutamaan-sedekah/#sthash.zk853kzY.dpuf
“Jauhilah
neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak
menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim.) - See more at:
http://www.ddhongkong.org/hadits-hadits-tentang-keutamaan-sedekah/#sthash.zk853kzY.dpuf