Saturday 13 July 2013

Hadist Mengenai Keutamaan Sedekah



Dari Abu Hurairoh r.a., Rosululloh saw. bersabda, “Sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, aku tidak akan senang emas itu tersisa sedikitpun di sisiku selama tiga hari. Kecuali yang aku sisihkan untuk membayar utang.” (HR Bukhori-Misykat)


“Dari Abu Hurairoh r.a., Rosululloh saw. bersabda, “Apabila waktu Shubuh tiba, dua Malaikat turun (dari langit). Malaikat yang pertama berkata, ‘Ya ALLOH, berilah balasan kepada orang yang menginfakkan hartanya.’ Malaikat yang kedua berkata, ‘Ya ALLOH, binasakanlah harta orang yang menggenggamnya (bakhil).’ (Muttafaq alaih-Misykat)


 Dari Abu Umamah r.a., Rosululloh saw. bersabda, “Wahai Anak Adam, infakkanlah apa yang melebihi keperluanmu, itu lebih baik bagimu. Jika kamu menggenggamnya, maka hal itu adalah buruk bagimu. Menyimpan sekadar keperluan tidaklah tercela. Pada waktu member infaq, dahulukanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.’ (HR Muslim-Misykat)

 
“Dari Uqbah bin harits r.a., “Saya pernah sholat Ashar di belakang Rosululloh saw. di Madinah. Tak lama kemudian Rosululloh saw. berdiri dengan tergesa-gesa menerobos orang-orang lalu memasuki salah satu rumah istrinya. Perbuatan Rosululloh itu sangat mengherankan kami dan kami berfikir apa yang sedang terjadi. Setelah kembali, Rosululloh dapat merasakan keheranan kami, lalu bersabda, “Aku teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku, aku tidak suka hal itu menghalangiku. Oleh karena itu aku pergi untuk menyuruh menyedekahkannya dengan segera.” (HR Bukhori-Misykat)

 Dari Abu Hurairoh r.a., seseorang bertanya kepada Rosululloh saw., “Ya Rosululloh, sedekah jenis apakah yang paling besar pahalanya?” Rosululloh saw. menjawab, “Kamu bersedekah dalam keadaan sehat, masih menginginkan harta, ada ketakutan menjadi miskin, berangan-angan kaya raya. Dan janganlah menunda-nunda hingga ajalmu hampir tiba, maka barulah kamu mengatakan, ‘Harta ini untuk si fulan (masjid), harta yang ini untuk si fulan (madrasah). Padahal sesungguhnya harta itu sudah menjadi milik si fulan (ahli warits)” (HR Muttafaq ‘alaih-Misykat)

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seseorang sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, ‘Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata, air itu mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang tersebut bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu berkata, “Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah Si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu (sehingga mencapai derajat seperti itu)?” Pemilik kebun itu berkata, “Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan di jalan Allah swt., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (HR. Muslim).

Bersodaqoh pahalanya sepuluh, memberi hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan belas, menghubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahmi (dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat. (HR. Al Hakim)

Tiap muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya, “ Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” Nabi Saw menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersodaqoh.” Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” Nabi menjawab: “ Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya? ” Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.”
 (HR Bukhari dan Muslim)
 Sodaqoh paling afdhol ialah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi. (HR. Ath-Thabrani dan Abu Dawud)
Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua rahangnya seraya berkata, “Aku hartamu, aku pusaka simpananmu.” Kemudian nabi Saw membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180 : “Dan janganlah orang-orang yang bakhil denga
n harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.” (HR. Bukhari)


“Jauhilah neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.) - See more at: http://www.ddhongkong.org/hadits-hadits-tentang-keutamaan-sedekah/#sthash.zk853kzY.dpuf
“Jauhilah neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.) - See more at: http://www.ddhongkong.org/hadits-hadits-tentang-keutamaan-sedekah/#sthash.zk853kzY.dpuf